Pengertian Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan/ material yang mudah terbakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan.
Bahaya Kebakaran
Musibah ini dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Kerugian yang ditimbulkan makin tahun makin meningkat dan cenderung ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja tetapi di seluruh dunia. Kebakaran dapat mengubah jalan hidup dan kehidupan manusia dalam waktu relatif singkat dan tanpa diduga kapan saja bisa terjadi. Kebakaran itu sendiri tidak pernah akan hilang dari muka bumi ini karena api merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia yang akan berjalan seiring kehidupan manusia dan perkembangan teknologi. Namun demikian manusia sebenarnya bukan tidak berdaya dalam mengahadapi bahaya tersebut. Kerugian besar dapat terjadi karena tidak ada atau kurang persiapan. Teknologi dalam pencegahan, pengawasan terus meningkat, tetapi yang penting tentu adalah apakah teknologi ini dimanfaatkan atau tidak.Riwayat Kebakaran Hutan Di Indonesia
Selama beberapa dekade ini di Indonesia sering terjadi bencana khususnya kebakaran hutan dan lahan dan telah menjadi krisis lingkungan tahunan. Namun demikian, kondisi kekering yang diakibat oleh El Nino pada tahun 2015 menjadikan musim kebakran di tahun itu sebagai yang terburuk dalam dua puluh tahun terakhir: di mana sekitar 2,6 jt hektar lahan terbakr antara bln Juni dan Oktober, yang merupakan musim kemarau yang cukup panjang di Indonesia. Kebakran tersebut banyak membakar lahan gambut yang kaya akan karbon, dan membuat jutaan orang di Asia Tenggara khususnya terpapar oleh kabut beracun yang setara dengan tiga kali lipat emisi gas rumah kaca di Indonesia. Di tahun 2016 kami melihat jumlah kebakran tidak sebanyak seperti di tahun 2015 karena kondisi cuaca yang lebih basah. Meskipun demikian, sumber masalah kebakaran harus tetap ditanggulangi dengan penanganan khusus.
Sebagian besar kebakran di Indonesia disebabkan oleh perbuatan manusia. Hutan milik negara dan lahan gambut atau lanskap yang kaya akan karbon dan cukup air (digenangi air) menjadi pilihan utama dan populer untuk ekspansi pertanian - terlalu lembap untuk menjadi penyebab terjadinya kebakran secara alami. Oleh karena itu, lahan seperti ini biasanya secara aktif dan sengaja dikeringkan sehingga dapat dibakar untuk digunakan sebagai lahan pertanian atau untuk mengusir warga yang ada (warga sekitar) ketika terjadinya sengketa lahan.
Analisis data riwayat kebakran di Global Forest Watch Fires menegaskan bahwa kebakran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indnesia. Mengenali lokasi kebakran di masa lalu dapat membantu dan memberi masukan terhadap upaya-upaya penanggulangan kebakran, seperti komitmen anti pembakran oleh beberapa perusahaan yang nakal, strategi pemanfaatan dan restorasi lahan milik pemerintah, atau program pencegahan kebakran di tingkat desa atau bahkan tingkat RT dan RW, yang merupakan kawasan yang paling membutuhkan bantuan. Data ini menunjukkan konsentrasi peringatan titik api tahunan yang terdeteksi oleh satelit MODIS NASA antara tahun 2001 dan 2015. Konsentrasi tinggi peringatan kebakran ditunjukkan oleh titik merah, sedangkan konsentrasi tingkat rendah ditunjukkan oleh titik biru.
Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Tengah adalah Provinsi Rawan terjadinya Kebakran Karena Pertanian Selama 15 tahun terakhir, sebagian besar kebakran di Indonesia terjadi di daerah Sumatera Selatan, daerah Kalimantan Tengah, dan daerah Riau. Total kebakran diketiga provinsi ini dapat mencapai 44 % dari semua kebakran yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Di tahun 2015, jumlah peringatan titik api di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan mencapai lebih dari 27.000 titik peringatan, yang mana merupakan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan rata-rata 5.500 titik peringatan di setiap provinsi pada 5 tahun sebelumnya. Di Riau, tingkat kebakran secara keseluruhan telah menurun, tetapi ada 4.058 kebakran yang terdeteksi di tahun 2016, meskipun tahun itu adalah tahun basah. Jumlah ini lebih banyak 4x lipat daripada jumlah kebakaran yang terdeteksi di daerah Kalimantan Tengah dan daerah Sumatera Selatan, dua wilayah yang juga rawan kebakran.
Meskipun 2016 adalah tahun yang cukup basah, di provinsi Riau memiliki jumlah kebakran 4x lebih tinggi daripada daerah Kalimantan Tengah dan daerah Sumatera Selatan yang secara historis memang adalah daerah rawan kebakran. Pertanian adalah satu-satunya penyebab terbesar kebakran tersebut. Lebih dari 60 % pada tahun 2015 di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan terjadi kebakaran pada lahan gambut. Di Sumatera Selatan, 50 % kebakran tahun 2015 juga terjadi pada konsesi akasia dan serat kayu. Data peringatan titik api 2016 menunjukkan pola ini berlanjut di Riau pada tahun itu, 47 % kebakran berada pada konsesi serat kayu. Melihat lebih jauh ke belakang, Kalimantan Tengah memiliki lebih banyak peringatan titik api di konsesi kebun kelapa sawit daripada jenis lahan dan perkebunan lainnya setiap tahun sejak 2001. Data ini juga menunjukkan bahwa riwayat pola api mungkin berubah. Provinsi Papua misalnya, memiliki peningkatan jumlah titik api dalam beberapa tahun belakangan ini. Di tahun 2015, peringatan titik api sedikit melonjak ke angka 14.500, bandingkan dengan rata-rata 3.200 peringatan titik api setiap tahun antara 2001 sampai dengan tahun 2015. Dengan adanya lebih dari 35 % kebakran yang terdeteksi sejak tahun 2001 di kawasan hutan lindung serta meningkatnya pembakran ilegal, hutan yang relatif belum tersentuh kini semakin terancam hilang. Mencegah Kebakran di Masa Depan dengan Data riwayat kebakran ini memberikan petunjuk arah dan jenis penanggulangan kebakran yang paling efektif dalam membantu Indonesia menghindari musim bencana kebakran di masa depan, seperti: Memprioritaskan komitmen anti pembakran dan kebijakan konservasi di provinsi dengan kebakran kronis melalui pembatasan pembukaan hutan dan lahan gambut untuk ekspansi dan eksplorasi pertanian. Selain itu, perusahaan yang telah mengumumkan komitmen tidak hanya wajib menegakkannya pada batas-batas konsesi mereka, tetapi juga harus mengembangkan strategi guna memastikan bahwa komitmen tersebut agar dapat selalu dipatuhi di seluruh rantai pasok mereka. Mengawasi secara ketat provinsi yang akhir-akhir ini mengalami pembakran yang cukup intens, seperti Papua. Moratorium baru seluruh lahan gambut akan menjadi sangat penting untuk mencegah kebakran di hutan yang relatif belum tereksploitasi.
Memfokuskan upaya restorasi di provinsi-provinsi yang memiliki riwayat kebakran panjang. Badan Restorasi Gambut, sebuah upaya baru pemerintah yang bertujuan memulihkan dan meremajakan hidrologi lahan gambut, akan dimulai di kawasan Sumatera Selatan dan daerah Kalimantan Tengah. Selain itu, pelaksanaan dan penegakan moratorium pada lahan gambut baru, yang mengharuskan perusahaan atau individu untuk memulihkan lahan gambut yang telah mereka keringkan, harus diterapkan terutama di propinsi-propinsi tersebut. Menganalisis kebakran di Sumatera dan Kalimantan secara lebih terperinci serta seakurat mungkin guna untuk membantu memutuskan lokasi pengembangan inisiatif tingkat desa, seperti (ADBK) Aliansi Desa Bebas Kebakaran. Aliansi ini telah bekerja secara rutin terutama di program patroli Riau, pengelolaan air, dan pencegahan kebakran di desa-desa tertentu di Riau. Dengan menelaah masa lalu dapat membantu Indonesia menghindari berulangnya sejarah musim bahaya kebakran tahunan yang menghancurkan. Sejalan dengan data yang semakin akurat dan real-time, data riwayat kebakran dapat membantu memutus siklus tersebut.
Sementara itu, tim DMTech mengatakan alat ini juga memiliki beberapa sensor. Antara lain:
Analisis data riwayat kebakran di Global Forest Watch Fires menegaskan bahwa kebakran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indnesia. Mengenali lokasi kebakran di masa lalu dapat membantu dan memberi masukan terhadap upaya-upaya penanggulangan kebakran, seperti komitmen anti pembakran oleh beberapa perusahaan yang nakal, strategi pemanfaatan dan restorasi lahan milik pemerintah, atau program pencegahan kebakran di tingkat desa atau bahkan tingkat RT dan RW, yang merupakan kawasan yang paling membutuhkan bantuan. Data ini menunjukkan konsentrasi peringatan titik api tahunan yang terdeteksi oleh satelit MODIS NASA antara tahun 2001 dan 2015. Konsentrasi tinggi peringatan kebakran ditunjukkan oleh titik merah, sedangkan konsentrasi tingkat rendah ditunjukkan oleh titik biru.
Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Tengah adalah Provinsi Rawan terjadinya Kebakran Karena Pertanian Selama 15 tahun terakhir, sebagian besar kebakran di Indonesia terjadi di daerah Sumatera Selatan, daerah Kalimantan Tengah, dan daerah Riau. Total kebakran diketiga provinsi ini dapat mencapai 44 % dari semua kebakran yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Di tahun 2015, jumlah peringatan titik api di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan mencapai lebih dari 27.000 titik peringatan, yang mana merupakan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan rata-rata 5.500 titik peringatan di setiap provinsi pada 5 tahun sebelumnya. Di Riau, tingkat kebakran secara keseluruhan telah menurun, tetapi ada 4.058 kebakran yang terdeteksi di tahun 2016, meskipun tahun itu adalah tahun basah. Jumlah ini lebih banyak 4x lipat daripada jumlah kebakaran yang terdeteksi di daerah Kalimantan Tengah dan daerah Sumatera Selatan, dua wilayah yang juga rawan kebakran.
Meskipun 2016 adalah tahun yang cukup basah, di provinsi Riau memiliki jumlah kebakran 4x lebih tinggi daripada daerah Kalimantan Tengah dan daerah Sumatera Selatan yang secara historis memang adalah daerah rawan kebakran. Pertanian adalah satu-satunya penyebab terbesar kebakran tersebut. Lebih dari 60 % pada tahun 2015 di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan terjadi kebakaran pada lahan gambut. Di Sumatera Selatan, 50 % kebakran tahun 2015 juga terjadi pada konsesi akasia dan serat kayu. Data peringatan titik api 2016 menunjukkan pola ini berlanjut di Riau pada tahun itu, 47 % kebakran berada pada konsesi serat kayu. Melihat lebih jauh ke belakang, Kalimantan Tengah memiliki lebih banyak peringatan titik api di konsesi kebun kelapa sawit daripada jenis lahan dan perkebunan lainnya setiap tahun sejak 2001. Data ini juga menunjukkan bahwa riwayat pola api mungkin berubah. Provinsi Papua misalnya, memiliki peningkatan jumlah titik api dalam beberapa tahun belakangan ini. Di tahun 2015, peringatan titik api sedikit melonjak ke angka 14.500, bandingkan dengan rata-rata 3.200 peringatan titik api setiap tahun antara 2001 sampai dengan tahun 2015. Dengan adanya lebih dari 35 % kebakran yang terdeteksi sejak tahun 2001 di kawasan hutan lindung serta meningkatnya pembakran ilegal, hutan yang relatif belum tersentuh kini semakin terancam hilang. Mencegah Kebakran di Masa Depan dengan Data riwayat kebakran ini memberikan petunjuk arah dan jenis penanggulangan kebakran yang paling efektif dalam membantu Indonesia menghindari musim bencana kebakran di masa depan, seperti: Memprioritaskan komitmen anti pembakran dan kebijakan konservasi di provinsi dengan kebakran kronis melalui pembatasan pembukaan hutan dan lahan gambut untuk ekspansi dan eksplorasi pertanian. Selain itu, perusahaan yang telah mengumumkan komitmen tidak hanya wajib menegakkannya pada batas-batas konsesi mereka, tetapi juga harus mengembangkan strategi guna memastikan bahwa komitmen tersebut agar dapat selalu dipatuhi di seluruh rantai pasok mereka. Mengawasi secara ketat provinsi yang akhir-akhir ini mengalami pembakran yang cukup intens, seperti Papua. Moratorium baru seluruh lahan gambut akan menjadi sangat penting untuk mencegah kebakran di hutan yang relatif belum tereksploitasi.
Memfokuskan upaya restorasi di provinsi-provinsi yang memiliki riwayat kebakran panjang. Badan Restorasi Gambut, sebuah upaya baru pemerintah yang bertujuan memulihkan dan meremajakan hidrologi lahan gambut, akan dimulai di kawasan Sumatera Selatan dan daerah Kalimantan Tengah. Selain itu, pelaksanaan dan penegakan moratorium pada lahan gambut baru, yang mengharuskan perusahaan atau individu untuk memulihkan lahan gambut yang telah mereka keringkan, harus diterapkan terutama di propinsi-propinsi tersebut. Menganalisis kebakran di Sumatera dan Kalimantan secara lebih terperinci serta seakurat mungkin guna untuk membantu memutuskan lokasi pengembangan inisiatif tingkat desa, seperti (ADBK) Aliansi Desa Bebas Kebakaran. Aliansi ini telah bekerja secara rutin terutama di program patroli Riau, pengelolaan air, dan pencegahan kebakran di desa-desa tertentu di Riau. Dengan menelaah masa lalu dapat membantu Indonesia menghindari berulangnya sejarah musim bahaya kebakran tahunan yang menghancurkan. Sejalan dengan data yang semakin akurat dan real-time, data riwayat kebakran dapat membantu memutus siklus tersebut.
Upaya Penangulangan Sejak Dini
WWF Indonesia Program RIMBA memasang alat pendeteksi dini kebakaran hutan dan lahan di areal Hutan Lindung Gambut (HLG) di daerah Londerang. Pemasangan ini dilakukan terkait dengan upaya mengantisipasi kebakran seperti peristiwa yang terjadi pada 2015. “Rencananya akan dipasang sebanyak 7 unit. Satu unit dari alat ini bisa mengcover area sejauh radius 10 km. Dan ini adalah alat yang pertama dipasang di kawasan Lahan Gambut Jambi,” Zainuddin Khalid, WWF Indonesia Program Rimba. Menurut Zainuddin, pemasangan alat ini juga merupakan dukungan dari MCA Indonesia. Bekerja sama dengan konsultan dari Digital Mobile Technology. Jadi, dengan terpasangnya alat ini, maka situasi Hutan Lindung Gambut Londerang dan sekitarnya, terutama wilayah yang di coverage area Early Warning System dapat dipantau setiap saat. Karena alat ini akan mendeteksi dan melaporkan langsung ke data logger, lalu mengirimkan data dari lapangan langsung ke concentrator. Di mana, data tersebut kemudian akan diolah secara seksama dan hasilnya dapat diakses oleh khalayak publik melalui layanan internet (online).Sementara itu, tim DMTech mengatakan alat ini juga memiliki beberapa sensor. Antara lain:
- Dapat mendeteksi kelembaban udara dan juga kelembaban tanah,
- Dapat mendeteksi suhu udara,
- Dapat mendeteksi curah hujan, dan
- Dapat mendeteksi ketinggian permukaan air pada lahan gambut.
- Ketinggian permukaan air gambut menurun, dan
- Suhu udara area disekitar akan meningkat.
Cara Menanggulangi Bahaya Kebakaran
Dengan memiliki alat yang dapat menanggulangi bahaya kebakran, serta pengetahuan yang cukup tentang bahaya kebakran dan cara penanggulangannya sejak dini.Waspada dan Sigap
Tingkat pengaman terhadap bahaya kebakran tergantung dari berbagai faktor, antara lain: •- Kesadaran akan bahaya kebakran,
- Pengetahuan/ wawasan yang cukup tentang pengetian api dan dan mengetahui pencegahan terjadinya kebakran,
- Keterampilan khusus tentang cara menggunakan alat pemadam dan peralatan lainnya, jika belum punya silahkan anda lihat produk alat pemadam api yang kami tawarkan,
- Sarana dan kualitas peralatan yang dimiliki, dan
- Perawatan dan maintenance peralatan safety fire yang dimiliki.
- Lakukan pengecekan terhadap tabung pemadam kebakaran yang anda miliki, jika sudah dipakai, kosong atau kadaluarsa, lakukan isi ulang apar anda dengan segera.
- Terbatasnya pada pengetahuan yang dimiliki,
- Kecerobohan yang dilakukan atau kesengajaan, dan
- Terjadi akibat bencana alam.
- Kerugian kehilangan harta benda,
- Kehilangan nyawa atau cacat, dan
- Kerugian dan kehilangan usaha yang telah dibangun. dan lainnya.
- Usahakan tenang dan jangan panik, ingat setiap kepanikan akan dapat mengurangi daya pikir, keputusan dan gerak anda,
- Bunyikan alarm jika ada, Fire alarm system yang dibunyikan dapat memberitahukan kepada yang lainnya bahwa adanya bahaya dan diharapkan dapat melakukan langkah-langkah pengaman dengan segera.
- Pergunakan alat yang ada dengan cepat, aman, dan tepat, dengan memakai tabung apar atau Fire hydrant equipment yang dapat memadamkan api.
- Beritahu Dinas Pemadam Kebakran: Untuk menanggulangi bahaya kebakran yang lebih besar dan sudah tidak bisa ditangani sehingga membutuhkan tenaga ahli khusus dari pihak terkait.
- Matikan listrik, gas, dan tutup aliran bahan bakar yang ada, Dalam kebakaran kita berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menambah besar kebakran yang ada, dan
- Pemadam api harus dengan perhitungan, jangan mempertaruhkan nyawa sia-sia karena kecerobohan diri sendiri sehingga terjebak dalam kebakran yang dapat mengakibatkan cedera bahkan kehilangan nyawa.
Cara Pemadam Api
- Cara penguraian dengan memisahkan bahan bakar dengan media yang mudah terbakar,
- Dengan cara pendinginan, sehingga suhu menjadi turun, sehingga temperatur panas pada bahan yang terbakar menjadi turun dibawah titik api.
- Dengan cara mengisolasi kadar oksigen yang ada hingga dibawah 12 persen, dan
- Melakukan kombinasi cara 1, 2 dan 3 merupakan gabungan dari cara penguraian, pendinginan atau penurunan suhu panas, dan isolasi oksigen.